Jadi 'Groupies' di Usia 30-an, Masih Pantaskah? (Bagian Satu)

"Sekali menyukai, selalu akan jadi sedalam itu."




Mungkin kalimat ini yang bisa saya tulis sebagai deskripsi akan sebagian diri saya. Bukan baru-baru ini, kecenderungan tersebut telah ada sejak saya kecil.

***
Era Awal
Dimulai dari Susan dan Ria Enes, lalu ke Kahitna di masa saya balita. Kemudian ada boyband asal Irlandia, Westlife. Berlanjut ke boyband Taiwan yang melejit lewat serial Meteor Garden, F4.




Kemudian, ada para finalis ajang Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang mengisi masa-masa akhir SD hingga awal SMP saya. Dari musim pertama hingga keempat; medio 2003-2005, ada sejumlah nama yang saya sukai.




Rasa suka itu hampir selalu dimanifestasikan dengan menonton setiap program AFI di televisi, mengoleksi poster, kaset, booklet, bahkan sempat membuat kliping dari majalah langganan.

***

Era Pertengahan
Memasuki awal 2009, sosok Afgan berhasil mencuri perhatian mata dan telinga saya. Pada tahun itu, internet dan sosial media mulai meluas dan marak digunakan. Fasilitas itu pun mempermudah saya untuk mencari semua informasi tentang Afgan.




Mulai dari jadwal konser, peluncuran album dan lagu terbaru, hingga dengan siapa Afgan sedang dekat saat itu, semua saya ketahui berkat internet dan sosial media.

Pada 'era Afgan' ini pula, mengoleksi poster dan kaset masih saya lakukan, meski tak semasif dulu. Ada dua lembar poster Afgan yang saya dapatkan dari tabloid, ada pula yang saya cetak sendiri di kertas HVS.

Sementara itu, untuk kaset Afgan, semuanya hadir lengkap di lemari.




Dari album pertama bertajuk Confession No. 1 (2008) hingga album terakhir yang berformat CD, Wallflower (2021) saya koleksi seluruhnya.

Lagi-lagi, semua itu tak lepas dari bantuan sosial media dan teman sesama Afganisme, tentunya.




Hingga kini, saya masih mengikuti perjalanan bermusik Afgan, meski tak se-intens dulu. Saya sudah tak terlalu meng-update jadwal manggung. Menonton pertunjukan musik Afgan secara live pun belum pernah saya alami hingga detik ini.

Namun, jika Afgan merilis lagu baru, sebisa mungkin saya masih meng-update kabarnya.

Pernah juga Afgan membalas beberapa komentar saya di YouTube dan Instagram, meski itu terjadi tahun 2021 lalu.




Tentunya hal itu (sangat) menggembirakan bagi saya, apalagi ini sangat jarang terjadi.




Tapi saya paham. Sosok Afgan memang cukup jarang memperhatikan komentar para penggemar di sosial media, apalagi dengan 5 juta lebih followers Instagram-nya itu.

Lambat laun, saya tak hanya sebatas kagum pada Afgan. Namun, menyukainya menjadi sebuah pelarian.

***

Lalu bagaimana dengan era kini? Apakah saya juga masih menjadi groupis untuk seorang artis tertentu?[]

Bersambung...

Sumber Gambar:
Dokumentasi Pribadi
Tangkap Layar Instagram/@afgan__ dan YouTube/@afganofficial

Agustus 2024
Adinda RD Kinasih






Posting Komentar

0 Komentar