Judul : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Tahun Terbit : 2017
Cetakan ke : 7
Tebal Buku : 211 halaman
Penerbit : mediakita Jakarta
"Pengagummu akan pergi setelah kau tak sesuai lagi dengan imajinasinya, tapi orang yang menyayangimu akan tetap tinggal, betapa pun buruknya dirimu. Dan diterima apa adanya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain, itu indah."
-Garis Waktu (29)
Entah kapan tepatnya saya menemukan buku ini; ah bukan. Tepatnya adik saya yang menyodorkan buku ini pada saya sambil mengira-ngira ini bagus atau tidak. Saya sejenak membaca sekelumit alinea di sampul belakang. Dan kemudian buku ini pun ada di genggaman.
Sebenarnya, awalnya saya tak tertarik membaca jenis buku seperti ini. Novel bukan, kumpulan cerpen pun bukan. Tak tahu apa istilah tepatnya. Mungkin penggalan cerita yang dirangkai dan dikumpulkan jadi satu; tapi bukan cerpen.
Tapi kemudian, saya mulai penasaran dengan isinya, setelah saya 'tertipu' dengan nama sang penulis. Sungguh, mulanya saya kira Fiersa Besari adalah nama seorang jelita. Nyatanya, pemiliknya adalah lelaki berambut panjang.
Membaca Garis Waktu adalah merunut perjalanan sebuah hati. Pertemuan, jatuh hati--yang kemudian patah, hingga bagaimana bisa sembuh dari luka, dan melepaskannya.
Namun, Garis Waktu tak hanya menggoreskan itu. Ia membawa pula rangkuman nasihat, tentang bagaimana sebaiknya kita menghadapi hidup yang keras ini.
Salah satu kutipan yang saya ingat adalah, "Apakah seseorang bisa menjadi diri sendiri? Bukankah diri ini adalah hasil kolektif pengetahuan yang kita dapat dari lingkungan sekitar? Kalau begitu, aku ganti kalimatnya menjadi 'jangan berusaha menjadi keren, berusaha saja menjadi jujur'".
Kemudian, saya terpaku sesaat kala membaca biodata singkat penulis menjelang halaman terakhir. Fiersa Besari yang akrab disapa Bung ini adalah lulusan Sastra Inggris. Tak hanya menulis, ia juga membuat sejumlah album indie, yakni Tempat Aku Pulang (2013) dan Konspirasi Alam Semesta (2015).
Sementara, Garis Waktu sebetulnya merupakan kutipan-kutipan Bung yang terserak di berbagai akun daringnya, yang kemudian dibukukan. Garis Waktu pun telah dibuat lagu juga oleh lelaki gondrong ini.
Singkatnya, dengan gaya bahasa dan pemilihan kosa kata uniknya, Bung berhasil mengaduk-aduk perasaan. Juga tak henti tersenyum saat menemukan kutipan-kutipan bijaknya.[]
"Ketahuilah, beberapa tangan melepaskan genggamannya saat hidupmu bertambah sulit, agar tanganmu kosong dan bisa digenggam oleh seseorang yang takkan pernah melepasmu."
-Garis Waktu (53)
Adinda RD Kinasih
07 Pebruari 2018
0 Komentar