Mataku tertuju pada gedung kampusmu, terpaku di situ
Pada saat yang lain, tatapku menyusuri sebuah taman kota
Memori belasan tahun lalu terputar kembali, terhenti di sana
Kala kota ini jadi saksi jumpaku denganmu
Canda tawa, bincang tulisan, hingga senandung alakadar
Juga boncengan motormu pertama kali di tengah malam
Semua itu masih jelas tergambar
Kepala dan hati kehabisan cara hapuskan, bahkan sekadar buatnya jadi samar
Itulah kita, hanya tinggal masa lalu di kepala yang terputar pelan
Sementara kini, jauh adalah kita
Jarak jadi kawan setia
Pesan-pesan pun usang, dan berangsur hilang
Namun, selama bahagiamu masih bisa kuterka lewat kilasan cerita
Itu jadi cukup buatku saat ini
Tak ada lagi perih, sendu, atau sedih
Hanya ada diriku, tersenyum atas bahagiamu
Bersama rasa cinta yang telah habis,
Sebab, semuanya telah jadi milikmu sejak mula
Kini hanya tinggal aku dan diriku
Tanpa berani berharap
Tanpa mau membuka hati untuk kisah baru
Tak percaya pada cinta, adalah kamu bertahun-tahun lalu
Dan kini, itu aku
Namun, karena bahagiamu masih bisa kuterka lewat kilasan cerita
Itu jadi cukup buatku saat ini
Tak ada lagi perih, sendu, atau sedih
Hanya ada diriku, tersenyum atas bahagiamu
Kini aku diam
Tanpa berani berharap apapun lagi
Sebab, selama hidupmu bahagia di sana
seluruh cintaku ini takkan percuma
Terima kasih, telah berkenan jadi orang yang paling kusayang hingga sekarang
Menyadur kata Sal Priadi,
Foto itu boleh blur,
Tapi memorinya tak pernah mau kabur
Mungkin, segala tentangku telah kamu kubur
Namun, untuk kisah ini aku tetap bersyukur
Jika suatu saat kisah ini usai
Salah satu orang terbaik itu tetap kamu
Satu hal paling kusyukuri,
Tuhan berkenan pertemukanku denganmu
Malang, April 2024
0 Komentar